Bersepeda Menikmati Alam di Duriangkang Bike Park

Kegiatan bersepeda menjadi lebih menarik dan menantang di Duriangkang Bike Park. Recommended sekalipun untuk newbie, seperti saya!

pixabay
4

Dering notifikasi Facebook Messenger membangunkan saya yang tertidur kembali di sofa setelah Subuh. Ternyata dari pak Hery, teman Facebook saya. Beliau ini hobinya bersepeda dan membuat video. Kebanyakan di Duriangkang Bike Park.

Melihat postingannya di Facebook yang kebanyakan tentang kegiatannya bersepeda, saya jadi pengen ikutan. Dan beliau selalu memotivasi saya untuk ikut. Bahkan dengan alasan tidak punya sepeda, dibalas dengan, “Nanti saya pinjamin sepeda, ada 3 sepeda saya di rumah”, katanya.

Tidak ada alasan lagi untuk tidak berangkat ya kan. Jadi akhirnya saya pun pergi Sabtu lalu, tepatnya tanggal 9 Maret 2019. No more ngeles!

Harusnya saya berangkat dengan teman saya satu lagi. Namun sampai dengan jam 6.30 pagi, dia tidak nongol juga. Akhirnya saya tinggal karena janjian kami dengan pak Hery adalah pukul 7 pagi. Alasannya, biar tidak terlalu panas dan cahaya matahari belum terlalu tinggi. Ya, memang selain bersepeda, ada tujuan lain, yaitu untuk membuat video.

Diluar dugaan, ternyata traffic pagi itu lumayan ramai. Usut punya usut, ternyata ada acara di alun-alun. Hasilnya? Saya telat total. Rombongan sudah berangkat duluan, tinggal pak Hery yang menunggu saya di belakang halte/ sampan Legenda Malaka. Makin tak enak.

Pro Tip #1

Supaya kegiatan bersepeda lebih maksimal, datanglah lebih pagi. Paling lama jam 6 sudah gerak, masuk ke Duriangkang. Selain udara yang bersih, matahari yang tidak terlalu tinggi, kita juga akan disuguhi pemandangan yang indah.

Hampir pukul 7.30 saya sampai di Legenda Malaka. Kami pun bergegas mengambil sepeda ke rumah pak Hery dan menuju ke Duriangkang Bike Park. Saya yang awalnya membawa segala kamera dan gimbal, semuanya ditinggal dalam mobil dan hanya membawa drone dan tidak lupa headset untuk mendengarkan musik. Biar tidak rempong dan capek nggembol tas di punggung.

Perjalanan dimulai dari seberang halte Legenda Malaka, di pintu masuk menuju ke dam Duriangkang. Dari pintu masuk, jalanan sudah tidak beraspal, dan langsung disuguhi dengan tanjakan. Walau terkesan tidak terlalu tinggi, ternyata dengan sepeda, terasa berat juga. Tapi mungkin bisa jadi karena saya sudah lama tidak bersepeda.

Hamparan Ladang

Ada beberapa pintu masuk ke Duriangkang Bike Park. Dan bisa jadi yang kita temui pertama kali setelah memasuki pintu masuk, akan berbeda. Pengalaman pertama saya ini, setelah melalui pintu masuk Legenda Malaka, saya langsung disuguhi hamparan ladang milik warga. Kebanyakan adalah ketela pohon.

Ternyata, walau termasuk dalam kawasan hutan lindung, banyak juga ladang-ladang yang dikelola oleh warga. Baru kali ini saya melihatnya langsung. Selama ini hanya berdasarkan “katanya” saja.

Matahari sudah cukup tinggi dan menyengat. Trek pertama ini masih di ladang terbuka jadi tidak ada pepohonan. Terik matahari pagi langsung menyengat ke kulit.

Walau baru trek awal, sudah ada pemanasan trek naik dan turun. Langsung kena hantam kaki ini! Dan fatalnya…. ternyata saya lupa bawa air minum. Tertinggal di mobil.

Untungnya pak Hery membawa bekal minum lebih sehingga dahaga saya terselamatkan hari itu.

Pro Tip #2

Jangan lupa bawa air minum dan kurangi beban-beban yang tidak perlu

Memasuki hutan, hawa panas langsung hilang. Berganti dengan udara segar dan sejuk. Perjalanan pun sudah agak santai. Di pertigaan, kami bertemu beberapa rombongan. Kami pun mengikuti mereka. Biar seru aja sih rame-rame.

Selang beberapa menit, kami sampai di pinggir danau. Kamipun mampir sejenak untuk beristirahat, sedangkan rombongan lain melanjutkan perjalanan.

Danau

Saya tertarik melihat aktifitas seorang ibu yang sedang melakukan sesuatu di tepi danau. Setelah meletakkan sepeda, kamipun menghampiri ibu tersebut.

“Sedang apa bu?”, tanya saya.

“Sedang panen ikan lohan,” jawabnya.

Hah, saya agak kaget. Ada pulak ikan lohan disini. Setelah dilihat dengan seksama, ternyata bukan ikan lohan yang ikan hias, tapi merupakan ikan lohan jenis lain. Ikan ini bisa dimakan atau dijadikan umpan.

Beberapa saat kemudian, datang seseorang bersepeda motor mendekat ke pinggir danau. Ternyata bapak tersebut adalah pengepul ikan yang akan membawa ikan lohan dari ibu tadi.

“Ikan ini akan saya bawa ke Barelang untuk umpan pemancing”, katanya. Sayapun mengangguk tak paham. Bukan dunia saya soalnya.

Total ikan lohan merah yang dibawa pagi itu adalah 11 kg. Berikut adalah video singkat yang dibuat oleh pak Hery.

Kamipun meninggalkan tepi danau untuk melanjutkan bersepeda. Trek selanjutnya berada di tepi danau. Trek ini yang menurut saya paling asik. Selain tidak terlalu berat, pemandangannya pun sejuk. Bersepeda dibawah rimbunnya pepohonan sambil menikmati pemandangan danau.

Ternyata memang betul. Makin pagi datang ke sini, pemandangannya akan lebih indah.

Kamipun berhenti sejenak di tempat istirahat di tepi danau yang lebih besar dari danau sebelumnya. Nah, disinilah saya dan pak Hery menerbangkan drone masing-masing. Videonya seperti yang saya buat diatas pada scene-scene awal. Kurang maksimal banget sebenernya, karena ternyata tidak terekam secara HD, tapi hanya sekadar cache di handphone.

Penyebabnya adalah saya lupa switch setting dari micro SD ke internal, karena saya lupa memasukkan micro SD ke drone. Dan saya lupa cek. Ketahuannya baru setelah pergi dari lokasi.

Padang Ilalang

Ternyata dari danau ini belum ada lagi setengah perjalanan untuk balik ke Legenda Malaka. Kamipun melanjutkan perjalanan.

Karena lumayan lama istirahat di pinggir danau tadi, barulah terasa pegalnya kaki mengayuh pedal. Tak cuma itu, ternyata pantat pun ikut merasakan derita yang sama. Bahkan lebih sakit daripada kaki. Sungguh panas rasanya pantat sampai enggan duduk di sadel.

Plus, trek hutan berikutnya tidak mudah. Banyak akar yang melintasi trek dan sedikit tanjakan yang ternyata bisa sangat melelahkan. Kalau dilihat sepertinya tidak menjadi masalah. Tapi setelah dijalani, berat bro! Solusinya, sepeda pun saya tuntun.

Hahaha. Malu nggak malu lah. Memang nggak kuat kok.

Di perjalanan pulang ini kami berpapasan dengan beberapa pemancing yang menggunakan sepeda motor. Beberapa pemancing menanyakan arah. Ternyata mereka belum paham dengan daerah sini.

Disinilah saya baru tahu bahwa di Duriangkang Bike Park, atau di hutan ini, banyak jalan yang bercabang. Menurut info dari pak Hery, kalau tidak familiar bisa jadi tersesat dan berputar-putar didalam hutan.

Pro Tip #3

Usahakan jangan sendiri memasuki Duriangkang Bike Park atau hutan ini. Kalau bisa, pergilah dengan yang berpengalaman atau bersama komunitas bersepeda. Beberapa tempat juga tidak ada sinyal, jadi jangan terlalu menggantungkan pada GPS.

Lepas dari hutan, kami kembali ke pemandangan ladang dan semak-semak. Matahari sudah tinggi dan waktu menunjukkan pukul 9.30 WIB. Tapi sudah terasa menyengat. Kami pun menggenjot sepeda lebih kencang lagi menuju tujuan utama pagi itu, Padang Ilalang.

Yap, padang ilalang inilah yang menjadi motivasi saya bersepeda ke Duriangkang Bike Park ini. Beberapa kali dipamerin foto soalnya, jadi pengen datang kesana langsung.

Sampai di sana, ternyata padang ilalangnya memang cukup luas. Dan waktu itu sedang dalam kondisi bagus-bagusnya. Ahhh, puas rasanya. Drone pun terbang.

Saya sempat terjungkal disini ketika akan take drone dengan tracking mode. Turunan tidak rata, sedangkan tangan kanan memegang remote. Secara spontan saya mengerem dengan tangan kiri yang ternyata adalah rem depan. Dan saya pun terjungkal bebas.

Saya betul-betul lupa kalau rem tangan sepeda (apa jenis sepedanya saya lupa) itu terbalik dari sepeda biasa. Rem kanan untuk rem belakang, sedangkan rem kiri untuk rem depan.

Pro Tip #4

Kalau mau skip langsung ke padang ilalang, jaraknya cuma beberapa ratus meter dari jalan raya kalau lewat pintu masuk depan Mediterania.

Nah, dibawah ini adalah rute kira-kira yang saya lewatin sebelumnya. Mungkin bisa dijadikan referensi.

 

- Matched Content -

You might also like
4 Comments
  1. Juli says

    Seru banget om. Btw, hari itu banyak lupa ya om..hehehe

    1. Akut Wibowo says

      Serba buru-buru pokoknya kak hahaha

  2. Citra says

    Makin keren kalau ada photo ya kak, aku jadi membayangkan Padang ilalang seperti apa… Danau Duriangkang bagaimana

    1. Akut Wibowo says

      Kitorang bersepeda kak, bukan swafoto wakaka

Leave A Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More