Jalan-jalan Dadakan ke Pulau Penawar Rindu, Belakangpadang

Terkadang, perjalanan yang tak terduga bisa menjadi perjalanan yang menyenangkan. Seperti pada beberapa waktu lalu ketika saya mengurus paspor di Belakangpadang. Rencana awalnya adalah mengurus perpanjangan paspor di kantor imigrasi Batam Center. Namun karena terlalu ramai dan tidak mendapat nomor antrian, akhirnya saya pun gerak menuju ke Belakangpadang.

Sebenarnya sih, sudah lama sekali saya ingin main ke pulau ini. Namun karena satu atau dua hal, belum terealisasi juga. Sampai akhirnya saya terpaksa harus ke sana untuk mengurus perpanjangan paspor. Akhirnya, jadi juga mampir!

Bagaimana menuju ke Belakangpadang?

Untuk menuju ke Belakangpadang, kita harus menyeberang menggunakan pancung atau disebut juga motor sangkut dari pelabuhan rakyat Sekupang. Gerbang masuk pelabuhan rakyat ini tepat sebelum gerbang masuk ke Terminal Ferry Internasional Sekupang, belok kiri. Biaya sekali menyeberang menggunakan pancung adalah 15 ribu.

Perjalanan menuju ke Belakangpadang ditempuh kurang lebih sekitar 15 menit, tergantung kondisi ombak dan arus. Sedikit tips, pilihlah tempat duduk bagian tengah atau belakang, karena kalau di depan, kamu akan kena cipratan ombak sekalipun ada terpal yang menutupi. Minimal sepatu akan basah karena cipratan air juga menyelinap melalui celah di antara terpal dan lantai perahu.

Pelabuhan Kuning, Belakang Padang
Pancung dengan background Pulau Sambu
Kantor Imigrasi dari Pelabuhan

Sesampai di Pelabuhan Kuning Belakangpadang, saya langsung menuju ke kantor imigrasi yang letaknya hanya sekitar 100 meter dari pelabuhan dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki. View dari kantor imigrasi Belakangpadang ini cantik lho kak. Dari sini, kita bisa ngeliat landscape kota Singapura dan Pulau Sambu yang tepat berada di seberang Belakangpadang.

View dari Kantor Imigrasi Belakangpadang
Pulau Sambu dari Kantor Imigrasi Belakangpadang
View pemukiman dari kantor imigrasi Belakangpadang

Usai mengambil nomor antrian, saya pun memulai perjalanan dadakan saya di pulau penawar rindu ini. Karena tak ada persiapan apapun, saya hanya mengikuti ke mana arah kaki melangkah. Turun dari kantor imigrasi, saya memasuki jalanan kampung dan mengikuti jalanan tersebut sembari sesekali membuka Google Maps biar ngga nyasar.

Vihara Dharma Bhakti

Jalan perkampungan itu bermuara ke jalan utama Belakangpadang. Berbekal informasi dari Google Maps, saya pun menentukan tujuan pertama saya, yaitu Vihara Dharma Bhakti. Kalau dari pelabuhan, VIhara Dharma Bhakti hanya berjarak sekitar 200 meter, langsung belok kanan setelah keluar dari pelabuhan.

Vihara Dharma Bhakti resmi dibuka pada 25 November 1990. Vihara yang berwarna utama merah ini mempunyai 3 patung utama yaitu Thi Kong, Pek Kong, dan Sanghyang Adi Buddhaya. Suasana Imlek masih terasa sewaktu saya datang berkunjung. Puluhan lampion menghiasi jalan masuk ke vihara. Pernak-pernik ala Imlek pun masih terpasang di sekitar vihara.

Vihara Dharma Bhakti
Vihara Dharma Bhakti Belakangpadang

Melanjutkan perjalanan, saya menyusuri jalan utama hingga mentok. Kemudian saya belok kiri menuju jalan perkampungan yang didirikan di atas tanah rawa. Sesekali nampak hutan mangrove di antara rumah-rumah penduduk. Sambil sesekali melihat Google Maps, saya rasa, saya masih di jalur yang benar.

Rumah-rumah di tengah mangrove

Tiba di ujung jalan, saya bertemu persimpangan. Saya ambil jalan ke kiri, karena kalau saya belok ke kanan, saya akan menuju ke bagian pulau lainnya yang semakin jauh dari kantor imigrasi. Thanks again to Google Maps to keep me on track.

Singgah bentar tengah hari

Setelah istirahat sejenak di masjid, saya pun melanjutkan perjalanan. Tak jauh dari masjid, saya menemukan sebuah bukit dengan pemakaman China yang sepertinya merupakan titik tertinggi di pulau ini. Saya pun memutuskan untuk menuju ke puncaknya.

Walau panas berpeluh, saya tetap semangat mendaki. Padahal bukitnya tidak terlalu tinggi, tapi karena jarang banget berolahraga, ngos-ngosan juga ketika sampai di puncak bukit.

Sebentar beristirahat di sebuah gubug di tepi pemakaman, rasa lelah itu terbayar, angin sepoi berhembus menerpa wajah sembari disuguhi pemandangan segar Selat Singapura dengan barisan gedung pencakar langitnya di batas horizon. Di sebelah timur pulau ini adalah Pulau Sambu yang dikenal juga sebagai pulau kilang minyak.

Pulau Sambu sudah dibangun sejak tahun 1897, jauh banget sebelum Batam dibangun menjadi sebuah kota pada tahun 1971. Di masa keemasannya sekitar tahun 1970-an bersamaan dengan kejayaan Pertamina, pulau ini sudah mempunyai segala fasilitas layaknya sebuah kota, seperti kantor pos, kantor kejaksaan, hingga bioskop pun turut hadir.

Kini masa kejayaan Pulau Sambu telah usai, namun kita masih bisa menikmati sisa-sisa kejayaannya seperti layaknya wisata sejarah.

Landscape dari atas bukit, kota Singapura menyembul di balik bukit
Landscape dari atas bukit, nampak Pulau Sambu di seberang

Rehat sejenak, saya pun turun dan bergegas melanjutkan perjalanan karena matahari dan semakin tinggi. Saya harus kembali ke kantor imigrasi.

Saya mengambil jalur yang berbeda sehingga tidak mengulang jalan yang sama. Masih berpatokan kepada Google Maps, saya berjalan melewati perkampungan yang siang itu begitu sepi.

Jalanan kampung

Ingin keliling Belakangpadang juga seperti saya? Nah, berikut ini adalah rute yang saya ambil ketika mengelilingi setengah Pulau Belakangpadang beberapa waktu lalu. Siapa tahu bisa dijadikan referensi perjalanan ke Belakangpadang.

Lihat map-nya di sini: Perjalanan Belakangpadang

- Matched Content -

belakang padangbelakangpadangimigrasi batamimigrasi belakangpadangjalan jalanliburanpengalamanpulautipstravelingvihara dharma bhakti
Comments (7)
Add Comment
  • ahmadi sultan

    Udah lama gak ke pulau ini. Padahal dulu sering ke sana.

  • sri murni

    Duh….. kangen pulau Penawar Rindu ni…. sudah ada 10 tahun tak kesini…. mupeng….

  • Annisa Rizki Sakih

    Beruntung mas Akut cepat mengurusnya, baru2 ini mesin pembuat paspor rusak dan harus dikirim ke Jakarta. Adik saya jd belum bisa bikin paspor

    • Akut Wibowo

      Jadi sama sekali ngga bisa ngurus di sana lagi kak?